eunikan tradisi pemakaman mayat di Desa Trunyan
sampai sekarang ini masih mejadi tradisi yang dilakukan secara turun
temurun oleh warga setempat. Prosesi orang meninggal di Bali, biasanya
dikubur ataupun dibakar. Tapi kalau di desa Trunyan tidak seperti itu,
tubuh orang yang sudah meninggal melalui sebuah prosesi dan akhirnya
dibungkus dengan kain kapan, dan selanjutnya ditaruh di atas tanah di
bawah taru menyan, dikelilingi anyaman dari pohon bambu atau yang
disebut ancak saji. Unik bukan…yang cukup aneh juga mayat tidak
mengeluarkan bau sedikitpun. jadi kalu kebetulan anda wisata ke Bali dan
mengunjungi tempat ini tidak perlu takut dengan bau yang menyengat,
karena mungkin bau tersebut sudah diserap oleh Taru/ pohon Menyan yang
tumbuh besar di areal pemakaman. Desa Trunyan memang merupakan desa Tua
di Bali, yang masih memegang teguh warisan dan tradisi leluhur.
Jika anda melakukan perjalan tour ataupun wisata keliling Bali, kalau dari Denpasar berjarak sekitar 65 km atau sekitar 2 jam perjalanan dengan kendaraan.
Sebelum sampai di Desa Trunyan, anda akan ketemu beberapa tempat-tempat
menarik yang mungkin bisa anda kunjungi, seperti Ubud, Goa gajah,
tampaksiring dan penelokan kintamani tempat menyaksikan keindahan
panorama Danau Batur. Dari penelokan anda turun menuju tepi danau batur
tepatnya di Desa Kedisan, di sini dibangun dermaga yang diperuntukkan
untuk penyebrangan menuju Desa Trunyan. Anda bisa menyewa boat, satu
buah boat muat sekitar 7 penumpang, berwisata mengelilingi danau Batur
yang indah, kemudian melanjutkan penyebrangan mengunjungi Desa Trunyan.
Trunyan sendiri diambil dari kata Taru dan Menyan, taru artinya pohon
dan menyan artinya harum, sehingga pohon yang berbau harum diyakini
dapat menyerap bau, sehingga mayat tidak mengeluarkan bau. Konon karena
perintah raja, khawatir dengan pohon menyan yang baunya harum dan
menyengat hidung, membuat banyak orang yang akan mencarinya, nah untuk
menghindari hal ini, maka di bawah pohon ditaruh jenazah-jenazah yang
diharapkan mengeluarkan bau busuk, jenazah yang diharapkan akan
mengeluarkan bau busuk ternyata tidak mengeluarkan bau sama sekali dan
taru menyanpun tidak mengeluarkan bau harum lagi. Dan tradisi ini masih
berlangsung sampai sekarang.
Tapi tidak semua jenazah di biarkan di alam terbuka di bawah taru
menyan, tempat ini hanya diperuntukkan bagi yang meninggal sudah dewasa,
meninggal secara normal dan tidak cacat, untuk jenazah bayi di kubur
seperti biasanya di Sema Muda dan jenazah yang cacat, meninggal karena
tidak normal karena bunuh diri, dibunuh, kecelakaan dikuburkan di Sema
bantas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar