
Perayaan mekotek ini dulunya menggunakan
tombak dari besi, yang memberikan semangat pasukan ke atau dari medan
perang, namun seiring perubahan waktu dan untuk menghindari peserta
terluka, maka tombak diganti dengan tongkat dari pulet yang sudah
dikuliti yang panjangnya sekitar 2 – 3.5 meter. Perayaan di Hari raya
Kuningan, peserta berpakaian pakaian adat madya, berkumpul di Pura Dalem Munggu,
hampir seluruh warga yang terdiri 15 banjar dari umur 12 – 60 tahun
ikut merayakannya. Kemudian tongkat kayu diadu sehingga menimbulkan
bunyi “tek tek” di kimpulkan sehingga membentuk sebuah kerucut/
piramid, bagi yang punya nyali ataupun yang mungkin punya kaul naik
kepuncuk kumpulan tongkat kayu dan berdiri diatasnya seperti komando
yang memberikan semangat bagi pasukannya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh
kelompok yang lain, membentuk tongkat seperti kerucut dan nantinya akan
dipertemukan antara satu dengan yang lainnya. Komando yang berdiri
diatas kumpulan tongkat akan memebri komando layaknya panglima perang
dan menabrakkanya dengan kelompok lain, dengan diiring sebuah gamelan
sehingga memacu semangat peserta upacara. Walupun sedikit membahayakan
tepi memang cukup menyenangkan, tidak jarang yang terjatuh tidak bisa
sampai puncak, tapi semua gembira, senang, tidak ada amarah, inti lain
yang dapat dipetik dari tradisi Grebek Mekotek atau perang kayu, perang
tak selalu menyebabkan permusuhan dan korban jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar